Apa sih bonus demografi itu? Apa hubungannya ya dengan status sebagai ibu? Pertanyaan-pertanyaan tadi bersliweran di benak saya saat di awal kehadiran saya dalam acara yang diprakarsai oleh Viva News yang bertajuk "VivaTalk : Perempuan Berdaya, Indonesia Maju".
Ibu zaman now VS Bonus Demografi [dokpri] |
Selesai menghadiri acara dalam rangka menyambut hari ibu tersebut, terbukalah wawasan dan pikiran saya tentang bonus demografi dan hubungannya dengan peran ibu dalam keluarga.
Bonus demografi adalah suatu periode di mana suatu negara memiliki lebih banyak penduduk yang berusia produktif (15-64 th) dibandingkan non produktif (di bawah 15 th dan di atas 64 th). Bicara Indonesia, diperkirakan bonus demografi akan dialami dalam rentang waktu tahun 2030 - 2040 dengan perkiraan komposisi usia produktif dalam kisaran angka 64%.
Data tersebut diungkap oleh Bapak Joko Widodo dalam pidato setelah resmi dilantik menjadi Presiden RI periode 2019 - 2014.
Pemberian cenderamata dari pak Hengki pada pak Indra [dokpri] |
Nah sekarang apa hubungannya ya dengan peran atau status ibu? Ternyata hal ini memiliki keterkaitan yang sangat erat. Ibu dalam sebuah keluarga memiliki multiperan yang sangat mempengaruhi kualitas keluarga. "Output" yang dihasilkan inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi pemain handal yang mumpuni baik dari segi akhlaq (attitude), maupun iptek (knowledge dan skills).
Anak-anak kita yang saat ini berada di level pendidikan SD hingga SMA ini lah yang perlu dipersiapkan menjadi SDM tangguh yang mampu mengambil bagian saat terjadi ledakan usia produktif.
kika: Sri Danti Anwar, Indra g, Eko [dokpri] |
"Kami berharap masyarakat semakin sadar tentang pentingnya kesamaan gender. Tahun 2020-2030 Indonesia akan mendapat bonus demografi, makanya kualitas SDM khususnya perempuan harus semakin meningkat. Karena perempuan adalah pendidik utama dalam keluarga, negara dan dirinya.
Anak tangguh adalah hasil didikan yang dilakukan ibu dalam keluarga. Sejak dalam kandungan, calon ibu sudah mulai membekali calon buah hatinya dengan nutrisi yang bergizi dan lengkap.
Setelah lahir, pemberian ASI yang berlanjut dengan pemberian MPASI jadi keseharian ibu. Semua itu bisa berjalan dan memberikan hasil yang baik berupa anak yang sehat bukan tanpa usaha ya moms.. Ibu harus terus belajar agar paham tentang segala seluk beluk tumbuh kembang anak termasuk masalah dan solusinya.
Eko Bambang Subiantoro [dokpri] |
Masuk usia pra sekolah, ibu kembali dituntut untuk tidak hanya mampu dan tahu urusan domestik tapi di sini mulailah tahapan mengenalkan si buah hati dengan lingkungan baru di luar lingkungan keluarga.
Di samping itu, ibu pun dituntut untuk mampu juga masuk ke lingkungan baru dan beradaptasi dengan cepat dan baik. Kemampuan ibu turut mempengaruhi kemampuan anak. Singkat kata, ibu pintar (berdaya) memiliki peluang lebih besar memghasilkan anak yang pintar.
Artinya, pun menjadi seorang ibu yang sehari hari mengurusi urusan rumah tangga, belajar atau istilah kerennya up grade ilmu ya tetep harus dilakukan. Ada peribahasa bilang, hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Intinya jelas kan ya..kudu belajar supaya kapasitas kita sebagai ibu bertambah sehingga mampu mengajarkan anak-anak dengan baik dan ujung-ujungnya menghasilkan anak anak yang mampu bersaing dan mengambil peran penting saat bonus demografi terjadi.
Tulisan saya di atas kalau dicermati lagi selalu bicara peran dan sosok ibu ya moms.. Terus gimana dengan peran ayah nih dalam keluarga? Konon orang bilang segala sesuatu yang baik itu yang seimbang, selaras dan sejalan.
Begitu juga dengan keluarga. Semua yang dilakukan, diajarkan dan dicontohkan ibu ke anak anaknya tidak akan lepas dari peran suami/ayah dalam keluarga. Ayah sebagai pencari nafkah utama biasanya berada di belakang layar untuk urusan mendidik anak. Namun demikian, dengan sinergi yang baik yaitu dukungan terhadap apa yang dilakukan istri dan memiliki visi dan misi yang sama, maka menghasilkan anak yang tangguh bukanlah hal sulit.
Di era awal 90 an, kalau melihat seorang ayah pergi ke pasar jadi hal yang janggal. Begitu pula bila melihat seorang ayah menggendong bayinya. Pekerjaan- pekerjaan tadi dianggap adalah pekerjaan kaum ibu dan "seharusnya" ibulah yang melakukan. Sebaliknya, bila melihat seorang ibu/perempuan yang bekerja, dianggap hal yang aneh. Terlebih kalau bekerja di malam hari. Streotip masyarakat langsung menganggapnya rendah (negatif).
Namun kita lihat apa yang sekarang terjadi. Hampir setiap hari mudah kita jumpai suami/ayah/bapak yang dengan gaya santainya memilih milih sayuran di supermarket atau melihat seorang ayah yang mengendong bayinya sambil window shopping di mall.
Di daerah pedesaan , saat ini pun kita sering melihat perempuan/ibu yang bekerja misal di SPBU yang dulunya menjadi bidang pekerjaan kaum laki laki. Bahkan saat ini banyak perempuan yang dapat membantu ekonomi keluarga. Bukan lagi perempuan yang kalau orang Jawa bilang tenggok-tenggok saja dirumah.
Pak Indra Gunawan "kontribusi perempuan dalam ekonomi sangat besar. Pun kadang tidak terlihat Tetapi kalau kita bicara ekonomi mikro maka perempuan terlihat disana.
"Kesamaan gender bukan hanya melulu masalah kompetisi laki-laki dan perempuan tetapi adalah bagaimana mendapatkan hak yang sama jadi adanya keterbukaan. "Eko Bambang Subiantoro Aliansi Laki-laki Baru.
Kenapa perempuan makin berdaya? Ya karena memang nggak ada masalah. Ya paling yang masih ada adalah dalam konsep keluarga tertentu yang membedakan laki-laki dan perempuan. Sekarang adalah era digital, mau tidak mau suka tidak suka semua harus beradaptasi.
Sri Danti Anwar Pakar Gender "Hari ibu adalah momentum juga adanya perubahan dalam kontruksi gender. Bicara kesetaraan gender bukan hanya gaungnya saja tetapi bagaimana prakteknya dilapangan."
Kenapa perempuan makin berdaya? Ya karena memang nggak ada masalah. Ya paling yang masih ada adalah dalam konsep keluarga tertentu yang membedakan laki-laki dan perempuan. Sekarang adalah era digital, mau tidak mau suka tidak suka semua harus beradaptasi.
Sri Danti Anwar Pakar Gender "Hari ibu adalah momentum juga adanya perubahan dalam kontruksi gender. Bicara kesetaraan gender bukan hanya gaungnya saja tetapi bagaimana prakteknya dilapangan."
Selebihnya tidak ada perbedaan antara laki laki dan perempuan. Laki laki maupun perempuan berhak atas kesempatan meningkatkan kompetensi diri agar mampu dan berdaya baik untuk kepentingan diri sendiri maupun tuntutan yang dihadapi sesuai perannya sebagai ibu/ayah dalam kelaurga. Ibu dan ayah yang memiliki kapasitas yang mumpuni dan mampu bersinergi dengan baik inilah yang akan menghasilkan bonus demografi yang tangguh.
Allah SWT maha perkasa dan bijaksana. Maka kita jangan salah memahami bahwa semua laki-laki derajatnya lebih tinggi. Dan berbahagialah laki-laki kalau memiliki pasangan yang berdaya. Karena bonus demografi pasti akan didapat dari perempuan yang diberdayakan dengan sepenuh hati.
Wah peran orangtua terutama Ibu & Ayah harus tepat dalam mendidik anak untuk menjadikan anaknya produktif. Bonus demografi ini emang harus benar-benar diperhatikan yah.
ReplyDeleteNah iya kak...karena persiapan kita yang baik akan menghasilkan generasi tangguh
DeleteSetuju, yang makin dibutuhkan di masa depan adalah SDM yang tangguh mengingat keadaan makin kompetitif untuk mencari uang. SDM unggul tidak hanya secara akademis tetapi secara skill juga :)
ReplyDeleteNah!
DeleteSepakat banget untuk kolaborasi suami istri di dalam pernikahan itu juga memainkan peran penting untuk masa depan. Jadi nggak hanya terpaku pada tugas berdasarkan jenis kelamin
ReplyDeleteAkh indahnya ya bukan masalah kita perempuan situ laki laki lagi ya kak
DeleteLaki-laki perempuan sama, selain kodrat yang membedakan yaitu hamil dan melahirkan.
ReplyDeleteSelebihnya selama dia berprestasi dan bermanfaat buat sesamanya, dia yang lebih baik.
Bonus demografi akan jadi berkah kalau anak2 itu dididik dengan baik. Tapi kalau gak sanggup yawes punya anak satu dua aja hehe :D
ReplyDeleteALhamdulillah skrng makin banyak yang menyadari ttg kesetaraan gender ya, terutama soal aktivitas/ pekerjaan di luar rumah
Hahahaha sepakat kak. 2 gimana ? Hahahaha.
DeleteIya karena setiap personal makin mengenal perannya ya
dukung buat semua moms di Indonesia untuk berkarya, walau hanya seorang ibu dan istri mereka bisa mengembangkan bakat
ReplyDeleteTepat mau perempuan dibelahan manapun harus berdayakan diri sendiri dulu ya
DeleteSekarang makin banyak yg paham tentang kesetaraan gender ya mbak. Siapapun itu,memiliki kesempatan yang sama dan mesti saling mendukung
ReplyDeleteIyes karena dukungan adalah kekuatan
DeleteSaya setuju dengan kutipan ibu Sri Danti Anwar, perlu praktek langsung. Biar terwujud nyata kesetaraan gender.
ReplyDeleteyup mau seideal apapun program program kalau hanya berhenti jadi wacana. Nothing.
DeleteBener, Mba Git, saya sepaham sama Pak Eko kalau kesetaraan gender bukan berarti saling menguasai salah satunya. Melainkan saling memahami dan pengertian antara hak dan kewajiban masing2.
ReplyDeleteNah iya memang tujuan dari berdirinya Aliansi laki laki baru adalah bagaimana kesetaraan gender dalam arti sebenarnya. Hubungan yang sehat dan pandangan baru mengenai maskulinitas
DeleteZaman sekarang kita udh ga heran lagi lihat bapak2 belanja ke pasar, antar anak ke sekolah dll ya 😘 Suami dan isteri harus saling support dlm segalah hal.
ReplyDeleteBener banget, biar gimana pun peran orangtua harus seimbang, ada ayah, ada ibu. Ya ibarat kapal supaya gak goyang ya harus dikemudikan bersamaan, saling membantu
ReplyDeleteTepat kak. Bukan hanya masalah ada nahkodanya aja tapi bagaimana menjalankan kemudi tersebut
DeleteIntinya perempuan tetap bisa berkarya ya mba .. sukses di luar Dan nahkoda rumah tangga tetap hrs Ada kerjasama antara suami dn istri bukan hanya Salah satu
ReplyDeleteIya mba...seiring sejalan seirama setujuan. Asyik kan dengan saling menghormati perannya
DeletePria dan wanita memiliki kesetaraan. Pun dalam mempersiapkan generasi yg berkualitas, ayah dan ibu punya tanggung jawab yg sama. Trims utk sharingnya ya
ReplyDeleteSama sama terima kasih sudah berkenan mampit ya
DeleteSetuju dengan jangan hanya gaungnya saja, tetapi bagaimana praktek lapangan itu yang lebih penting.
ReplyDeleteSaya juga tadinya gak tau tentang bonus demografi hihihi. Begitu tau dan ternyata sebentar lagi, langsung deh mikir masa depan anak. Mereka akan masuk usia produktif di masa itu. :D
ReplyDeleteBonus demografi, jd pembicaraan di mana mana. Bisa jd berkah, kalau anak anak yg bakal produktif masa itu dipersiapkan dari sekarang.
ReplyDeleteSo, anak anak musti dipenuhi nutrisi dan ilmu pengetahuan.
Aku setuju banget seorang ibu itu harus memberdayakan diri. Kalau gak, bisa-bisa tergerus dengan kemajuan jaman
ReplyDeleteTepat kak karena berdaya dimulai dari kita kan.
DeleteSemua berawal dari rumah, kalau rumah sudah tidak baik, apalagi lingkungannya, dan ibu merupakan kunci suksesnya. Dari hal ini sudah terlihat jelas bahwa perempuan mesti memiliki perbekalan mumpuni untuk berdaya
ReplyDeleteIya kak...dari hal kecil pemberdayaan itu dimulai ya
DeleteEh berarti Indonesia akan dapat bonus demografi pada tahun 2030-2040 ya. Kalo sekarang berapa persen usia produktifnya?
ReplyDeleteCoba aja cek kak...presentase terupdatenya
Deleteperan penting orang tua sangat berarti untuk anak. Mungkin tidak terlihat sekarang tapi nanti akanmenuai hasilnya. Semoga artikel ini bisa mencerahkan para orang tua yang belum aware dengan masalah ini
ReplyDeleteIya kak...makasih juga sudah berkenan mampir ya
DeleteBonus demografi ini bisa membuat kita para wanita milenial saat ini lebih produktif dan melek teknologi
ReplyDeleteHarus dong
DeleteAku setuju banget mbak. Wanita yg sudah menikah bukan berarti hidupnya menjadi dibatasi tetapi dia harus tetap berkarya dan berbai peran denngan pasangannya.
ReplyDelete(DENY OEY)
iyes saling memberdayakan pasangan itu adalah bentuk dukungan nya
DeleteSeru banget ya Bun acaranya, next time kalau ada event ini sepertinya sayang untuk dilewatkan
ReplyDelete