Menurut cerita almarhumah ibu saya, kami sekeluarga dulu pernah memutuskan untuk tinggal di Purworejo Jawa tengah ketika saya masih kecil.
Purworejo adalah daerah asal almarhumah ibu saya. Kami bangun rumah di sana dan almarhum ayah bolak balik Jakarta setiap minggu untuk bekerja.
Pada perkembangannya kata ibu, teori dan praktek nggak semudah ketika merencanakan, karena ayah ingin selalu dekat dengan kami anak-anaknya. Maka diputuskan pindah lagi ke Jakarta. Yaitu Jakarta Barat. Saya tinggal di daerah Jembatan Lima.
Tetangga saya hampir kebanyakan adalah keturunan Cina atau Madura. Indah deh, semua akrab bersahabat bahkan sampai bosen saya makan sate gratis terus hahaha. Saya masih ingat juga lho teman-teman saya yang orang Cina rajin membantu berjualan orang tuanya entah jaga toko atau membuat es mambo sepulang sekolah.
Saya juga masih ingat tradisi orang Cina kalau ada yang meninggal mereka akan pecahin semangka sebelum mobil jenazah jalan atau sawer uang. Dan saya kadang hadir juga menjadi bagian juga dari tradisi ini.
Tetangga saya hampir kebanyakan adalah keturunan Cina atau Madura. Indah deh, semua akrab bersahabat bahkan sampai bosen saya makan sate gratis terus hahaha. Saya masih ingat juga lho teman-teman saya yang orang Cina rajin membantu berjualan orang tuanya entah jaga toko atau membuat es mambo sepulang sekolah.
Saya juga masih ingat tradisi orang Cina kalau ada yang meninggal mereka akan pecahin semangka sebelum mobil jenazah jalan atau sawer uang. Dan saya kadang hadir juga menjadi bagian juga dari tradisi ini.
Seiring berjalannya waktu, saya sempat tinggal di Bogor untuk bekerja di RRI Bogor yang waktu ini akan mendirikan radio swasta baru. Saya tinggal di jalan Pangrango yang tidak terlalu jauh dari studio cukup hanya berjalan kaki saja sudah sampai.
Kompak banget ini saya dengan rombongan yang di pimpin bang Aditya Gumay pendiri Lenong Bocah dan Sanggar Ananda. Kami jadi kayak satu saudara. Kemana mana ya bareng. Dari kerja di studio, cari makan di Malabar atau malam minggu main ke Internusa ( yg sekarang jadi rumah sakit) atau nonton di Ciawi dan nongkrong di puncak. Akh Indah banget 3 tahun di kota hujan ini.
Seru deh saya sampai hapal sudut-sudut Bogor dan sampai bosan juga kalau pulang ke Jakarta bawain oleh- oleh orang rumah asinan dan roti unyil. Hahaha
Saya dan beberapa tempat sempat tercetus juga memutuskan mau beli rumah dari hasil kerja di Bogor. Tapi pada perkembangannya kemudian, radio yang akan kami buat harus tutup karena satu dan lain hal. Akhirnya kami bubar semua. Dan kami kembali bekerja masing-masing bidang yang kami geluti di Jakarta.
Nah perbatasan antara Ciganjur Jakarta Selatan dan kota Depok saat ini rasanya akan menjadi persinggahan saya terakhir hahaha karena sudah sekitar 13 tahun saya beli rumah di sini. Udara bagus air yang berlimpah dan juga tetangga kiri kanan depan belakang dan sebrang jalan yang baik-baik rasanya bikin betah.
Ada kadang mau tinggal di luar negeri tapi kok ya mikir karena kalau pekerjaan belum di dapat di sana bisa repot . Iya kan. Karena saya nggak mau urusan nebeng, pun ada saudara di sana. Kalau kata anak saya, kita PP aja mah kalau urusan luar negeri. Hahaha.
Ada kadang mau tinggal di luar negeri tapi kok ya mikir karena kalau pekerjaan belum di dapat di sana bisa repot . Iya kan. Karena saya nggak mau urusan nebeng, pun ada saudara di sana. Kalau kata anak saya, kita PP aja mah kalau urusan luar negeri. Hahaha.
Jadi ini cerita saya tentang kota- kota yang pernah saya tinggalin dan semua punya kenangan indah. Bagaimana dengan kota tempat tinggalmu?
Post a Comment
Post a Comment