Senyum sehat
Senyum Indonesia
Banyak iklan pasta gigi yang beredar di pasaran dengan berbagai macam manfaat yang dapat membantu untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak. Tetapi di satu sisi, masih banyak ditemui orang tua yang tidak memperhatikan kesehatan gigi dan gusi anaknya sejak dini.
pixa.com |
Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa hanya sedikit masyarakat yang memperhatikan kesehatan gigi mereka. Salah satunya adalah minimnya tingkat pendidikan dan faktor ekonomi atau pendapatan di dalam internal masyarakat. Sadar atau tidak, keterlambatan pasien memeriksa kondisi kesehatan gigi dan mulut mereka yang sudah parah adalah bukti minimnya sosialisasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kondisi yang parah bisa dicegah dengan memeriksakan gigi rutin paling tidak 6 bulan sekali.
IDGAI & Laznas BSM |
Bertempat di TMII Jakarta, IDGAI (Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia) dan LAZNAS BSM mengadakan kegiatan pemeriksaan dan pencegahan gigi berlubang untuk anak-anak kaum dhuafa. Acara ini mengambil tema "Pengabdian untuk Masyarakat IDGAI dan Laznas BSM-Senyum Sehat Anak Bangsa, Menuju Indonesia Bebas Karies Gigi".
Hadir 200 anak-anak dengan 100 dokter gigi yang memberikan pemeriksaan langsung pada kesehatan gigi dan mulut mereka.
Dr.drg. Eva Fauziah Sp.KGA (K), "Orang tua seharusnya lebih memperhatikan kesehatan gigi dan gusi anak sejak dini. Jangan sampai terlambat. Karena kelalaian orang tua dalam memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua.
Bakti sosial ini ke depan akan rutin diselenggarakan oleh IDGAI agar masyarakat lebih peduli akan kesehatan gigi dan mulut khususnya bagi keluarga yang kurang mampu. Ini sekaligus adalah upaya Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015 lalu, yang mentargetkan anak Indonesia usia 12 tahun bebas karies (gigi berlubang) pada tahun 2030.
"Pernah ada penelitian bahwa sakit gigi mempengaruhi tingkat kerja seseorang, kesadaran pemeriksaan dan pemeliharaan gigi masih rendah. Kami berharap kegiatan ini memberikan manfaat bagi mereka yang melakukan pemeriksaan gigi" Kata Direktur Philintropy LAZNAS BSM Umat, Rudi Irawan.
Pada acara ini anak-anak juga dihibur oleh pertunjukkan sulap, kegiatan mewarnai dan menari Baby Shark.
Hadir 200 anak-anak dengan 100 dokter gigi yang memberikan pemeriksaan langsung pada kesehatan gigi dan mulut mereka.
pemeriksaan gigi |
100 dokter hadir |
Dr.drg. Eva Fauziah Sp.KGA (K), "Orang tua seharusnya lebih memperhatikan kesehatan gigi dan gusi anak sejak dini. Jangan sampai terlambat. Karena kelalaian orang tua dalam memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya dapat disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua.
Bakti sosial ini ke depan akan rutin diselenggarakan oleh IDGAI agar masyarakat lebih peduli akan kesehatan gigi dan mulut khususnya bagi keluarga yang kurang mampu. Ini sekaligus adalah upaya Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2015 lalu, yang mentargetkan anak Indonesia usia 12 tahun bebas karies (gigi berlubang) pada tahun 2030.
"Pernah ada penelitian bahwa sakit gigi mempengaruhi tingkat kerja seseorang, kesadaran pemeriksaan dan pemeliharaan gigi masih rendah. Kami berharap kegiatan ini memberikan manfaat bagi mereka yang melakukan pemeriksaan gigi" Kata Direktur Philintropy LAZNAS BSM Umat, Rudi Irawan.
Pada acara ini anak-anak juga dihibur oleh pertunjukkan sulap, kegiatan mewarnai dan menari Baby Shark.
Semoga ke depan acara ini dapat diapresiasi dengan baik, khususnya oleh keluarga kurang mampu agar anak-anak dapat lebih di perhatikan akan kesehatan gigi dan mulutnya.
2030 masih jauh sih ya kak Gita, tapi perlu banget dikampanyein dari sekarang.
ReplyDeleteanakku aja udah mulai keliatan gejala karies nih. Huhuhuu.
belum pernah konsul ke dokter gigi anak juga si
iya Nis...edukasi kan harus terus berjalan.
Deletesejak umur berapa ya mba, anak anak sudah boleh sikat gigi pakai odol dan juga periksa gigi ke dokter? hehehe.. anak ku sudah 16 bulan tapi aku sendiri belom berani nyikatin gigi nya walau perlengkapan nya sudah ada.
ReplyDeleteiya aku waktu anak masih batita kita pakai tangan kita langsung ya dengan alat lembut tuk bersihkan. Setelah gigi susu tanggal kita harus mulai peduli dengan kesehatan gigi anak-anak ya
Deleteiya nih pengetahuan soal gigi jarang diketahui anak. Jangankan anak, gigi orang tuanya belum tentu sehat
ReplyDeleteNah ini. Role model kan dimulai dari orang tuanya ya
DeleteGigi teman-teman Kalki di Paud hampir sebagian besar karies, kayaknya sih karena dibiarkan oleh orang tuanya makan yang manis-manis melulu tanpa ingat kumur atau minum air putih lah minimal untuk menggelontor gula yang bisa melekat di gigi. Kasihan masih gigi susu udah karies. Startnya kurang bagus gimana untuk gigi dewasanya. Jangan salah, gigi susu memang akan tanggal tapi gigi yang keropos sejak awal akan mempengaruhi nutrisi anak dari kemampuan anak mengunyah makanan. Lalu kebiasan merawat gigi sejak kecil yang buruk bisa terbawa hingga dewasa bahkan menurun ke anak mereka selanjutnya.
ReplyDeleteSemoga tahun 2030 Indonesia benar-benar bisa bebas karies gigi. Senang deh dengernya bahwa acara pemeriksaan gigi untuk keluarga kurang mampu oleh IDGAI akan dilaksanakan secara berkala :)
iya bun...kasian ya kalau liat anak2 kecil udah rusak giginya. Iya bentuk dukungan yang luar biasa ini
DeleteSaya termasuk yg jarang periksa gigi. Ke dokter gigi pun kalau LG sakit doang. Doang. Hiks... Sakitnya nyut2an. Dan sekarang baru sadar untuk periksa gigi 6 bulan sekali.
ReplyDeleteJiah hahaha tapi nggak ada kata terlambat ya buat kesehatan
Delete