Memasuki ruangan di lantai 2 Gedung BRI Agro jalan Mampang Raya
Jakarta Selatan siang itu, telinga saya langsung mendengar percakapan hangat antara ibu dan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Dari mulai tentang mainan Thomas yang dibawanya sampai si anak minta izin pada mamanya apakah boleh menggunakan gadgetnya. Sangat komunikatif dan aktif anak ini, yang belakangan saya ketahui bernama Tommy dan sang ibu bernama Yuni.Saya makin mendekat, ingin lebih mengetahui siapakah Tommy ini. Bocah gembul penebar tawa dan senyum yang membuat setiap orang yang melihatnya ingin menyapanya. "Hai Tom are u fine?
Tak ada yang membedakan antara Tommy dengan anak-anak seusianya. "Coba mba gita bertemu Tommy 1x24 jam, maka akan menemukan perbedaannya" kata mba Yuni dengan tersenyum.
"Oh ya,apa yang akan saya temui mba? Tanya saya penasaran"Akan terlihat dimana eye contac tidak selalu ada pada Tommy. Dan ini adalah ciri yang paling mendasar dan mudah untuk mengetahui apakah seorang anak menyandang autisma. Ketika umur Tommy 1,5 tahun sebagai orang tua saya khawatir dan curiga mengapa anak saya belum bisa berjalan seperti anak-anak lain. Usia 3 tahun Tommy belum bisa berbicara.
Jawaban yang saya temui justru sampai pada mitos-mitos yang selama ini ada dalam masyarakat kita. Seperti "Anak laki-laki memang begitu, biasa terlambat berjalan atau bicara" tambah mba Yuni antusias.
Hasil karya Ruben anak penyandang autisma |
Menurut Saskhya Aulia Prima, M.Psi "sangat sulit menyebut data untuk anak penyandang autisma dengan berbagai spektrum. Tetapi keberadaan mereka perlu mendapat dukungan dari lingkungan terdekat yaitu orang tua dan keluarga lainnya.
Kemarin Interface BPN dan Optima Media meluncurkan program Kita Sama dalam rangka meningkatkan kepedulian sesama terhadap masa depan anak penyandang autisma. "Anak berkebutuhan khusus ( ABK ) memiliki kesempatan yang sama dengan anak yang dilahirkan normal" kata David Wibowo Presiden Direktur Navaplus Grup.
Dalam program peluncuran Kita Sama ini kegiatan pertama yang didukung yayasan Autisma Indonesia ( YAI ) dengan ketuanya ibu Ferina Widodo dimulai dengan kontes foto bercerita. Lomba foto yang mengambil obyeknya adalah keluarga.
Narasumber peluncuran Kita Sama |
Mengapa foto yang dipilih? " Karena anak penyandang autis mempunyai
Fotografi memori yang kuat,misal
Jalan ke pantai hari ini dapat langsung di aplikasikan di lukisannya, kemampuan secara visual kuat karena itu adalah alat komunikasi mereka. Yaitu dengan cara diekpresikan lewat lukisan. Mereka jujur tidak dapat di underestimated. Maka artistiknya tinggi.Tujuannya bukan hadiah tetapi motivasi. Thema cerita yang diambil adalah peka terhadap lingkungan. Nantinya akan dipilih 3 pemenang yang akan mendapatkan sertifikat dan bingkisan" kata Rani Karina Basri Community Marketing Director Interface BPN.
Ferina Widodo yang juga mantan anggota Elfas Singer menambahkan " Terapi autis adalah terapi seumur hidup. Saya melepas karier di dunia tarik suara agar dapat mendampingi dan fokus pada anak saya yang saat ini berusia 23 tahun. Kemajuannya ada tetapi tidak signifikan. Karena anak berkebutuhan khusus hambatannya pada challenge dan interaksi sosial. Maka berikan contoh yang baik dengan melatih berkomunikasi dan berinteraksi. Mengambar dan musik adalah
dua hal yang sangat menonjol pada anak autisma. Mari kita dukung dan berikan simpati pada mereka. Bantu kalau memang kita bisa. Do it!
Tommy dan mamanya |
Anak spesial dengan orang tua spesial
Good luck mba Fei, mba Yuni dan Pak Harris
pengetahuan baru neh mbak buat saya, thanks for sharing :)
ReplyDeleteSama2 ya
Deletethanks sudah mampir juga
Hai mba Gita. Jadi ingat kalau temanku ada juga yang anaknya penyandang autis. Skarang anaknya udah gede dan makin bersinar di bidangnya
ReplyDeleteIya. Karena intinya adalah mendukung dan membantu agar mandiri.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Delete