Sore ditemani rintik hujan,setangkup sandwich dan segelas kopi,menulislah saya tentang tokoh ini. Saya menulis dari hasil pertemuan dengan kakak kelas saya dan data penunjang lainnya. Kira-kira akan ada yang mencibir?
Maklum cerita kakak kelas saya kadang ada yang tidak suka ketika kita menulis tokoh yang sedang terlibat kasus hukum dan kita membelanya. So must go on buat saya.
Maklum cerita kakak kelas saya kadang ada yang tidak suka ketika kita menulis tokoh yang sedang terlibat kasus hukum dan kita membelanya. So must go on buat saya.
Mungkin tidak banyak yang tahu masa kecil Jero Wacik Kelahiran Kintamani. Yang sekarang menjadi tahanan KPK. Jero memiliki tujuh saudara yang semuanya meninggal saat masih bayi.
Ada yang hanya berumur lima hari,dua hari dan satu minggu. Yang hidup hanya beliau saja. Masya Allah.
Hidup Jero sebagai anak satu-satunya yang hidup tidak berjalan mulus. Karena pada usia kurang dari satu tahun Jero mengaku pernah mati suri."Ketika umur 11 bulan saya pernah mati suri. Lalu ada orang pintar membawanya ke pura,kemudian berdoa dan Jero hidup kembali. Pada usia enam tahun Jero diangkat menjadi pemangku pura. Dan sejak saat itulah nama Jero Wacik melekat pada dirinya.
Jero tumbuh dewasa sebagai pekerja keras.
Saya seruput kopi saya sambil membayangkan tokoh yang di vonis 4 tahun dari tuntutan 9 tahun dan bayar up 5 M dari tuntutan 18 M. Sekarang dalam posisi banding tetapi yang naik banding Jaksa Penuntut Umum. Dan kabar terakhir kalau tidak salah dari keputusan hakim, pihak Jero Wacik menang. Kesalahan Jero Wacik cuma satu, dianggap tidak mampu melakukan pengawasan.
Kita memang akan punya pandangan beda,tidak ikut-ikut judge seenaknya tanpa kita tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Dalam hati saya mulai bertanya-tanya,apa yang terjadi sesungguhnya? Apakah nila setitik rusak susu sebelanga atau Sepandai pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh juga atau justru semakin tinggi pohon akan semakin besar angin yang menerpa.
Duh betapa nestapa hati orang tuanya kalau sampai Jero Wacikpun mati beneran.
Jero wacik tumbuh menjadi sosok dewasa, pekerja keras yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi pedagang asongan bersama orang tuanya.
Beruntung Jero Wacik memiliki otak encer. Ia bangga karena kerap kali dapat penghargaan atas kemampuan otaknya.
Kuliah di ITB,bekerja di anak perusahaan astra selama 18 tahun kemudian jadi dosen di UI selama 15 tahun. Dan menjadi wirausaha membangun villa mewah di Bali selama 12 tahun.
Artinya Jero Wacik memang sudah kaya jauh sebelum beliau masuk partai dan duduk di kursi pemerintahan.
Saya ingat obrolan dengan kakak kelas saya.
"Bayangkan usia 54 tahun beliau sudah merasa mapan hidupnya,tapi karena ingat pesan almarhum ayahnya bahwa hidupnya tidak boleh dihabisi untuk dirinya sendiri maka mengabdilah beliau dengan masuk partai".
Jero bergabung dengan partai demokrat dan sempat menjadi sekretaris di partai demokrat.
Dan pada tahun 2004 ditunjuk bapak Soesilo Bambang Yudhoyono presiden ke enam waktu itu,untuk menjabat sebagai menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 tetapi dua pekan menjelang dilantik KPK menangkapnya. Dengan tuduhan melakukan penyalahgunaan dana operasional menteri,melakukan pemerasan di kementerian dan menerima gratifikasi.
Makin menarik kasus Jero Wacik ini.
Jero wacik tidak pernah merasakan pelantikan itu.Jadi pengabdian untuk negara yang diniatkan dengan tulus pada waktu itu berakhir di penjara?
Saya menulis kalimat diatas ini dengan perasaan sedih.
Duh betapa nestapa hati orang tuanya kalau sampai Jero Wacikpun mati beneran.
Jero wacik tumbuh menjadi sosok dewasa, pekerja keras yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi pedagang asongan bersama orang tuanya.
Beruntung Jero Wacik memiliki otak encer. Ia bangga karena kerap kali dapat penghargaan atas kemampuan otaknya.
Kuliah di ITB,bekerja di anak perusahaan astra selama 18 tahun kemudian jadi dosen di UI selama 15 tahun. Dan menjadi wirausaha membangun villa mewah di Bali selama 12 tahun.
Artinya Jero Wacik memang sudah kaya jauh sebelum beliau masuk partai dan duduk di kursi pemerintahan.
Saya ingat obrolan dengan kakak kelas saya.
"Bayangkan usia 54 tahun beliau sudah merasa mapan hidupnya,tapi karena ingat pesan almarhum ayahnya bahwa hidupnya tidak boleh dihabisi untuk dirinya sendiri maka mengabdilah beliau dengan masuk partai".
Jero bergabung dengan partai demokrat dan sempat menjadi sekretaris di partai demokrat.
Dan pada tahun 2004 ditunjuk bapak Soesilo Bambang Yudhoyono presiden ke enam waktu itu,untuk menjabat sebagai menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 tetapi dua pekan menjelang dilantik KPK menangkapnya. Dengan tuduhan melakukan penyalahgunaan dana operasional menteri,melakukan pemerasan di kementerian dan menerima gratifikasi.
Makin menarik kasus Jero Wacik ini.
Jero wacik tidak pernah merasakan pelantikan itu.Jadi pengabdian untuk negara yang diniatkan dengan tulus pada waktu itu berakhir di penjara?
Saya menulis kalimat diatas ini dengan perasaan sedih.
"Ya git...kamu akan punya persepsi langsung kalau bertemu dengan beliau secara langsung".Itu kalimat yang saya ingat dari kakak kelas saya.
Saya terdiam.Hujan belum juga reda. Tapi hati ini makin gundah. Apa yang saya baca selama ini akankah beda ketika saya bertemu langsung dengan sosoknya?
Saya akan menemuimu pak.
Mendengar,melihat dan merasakan memang seharusnya bisa sejalan. Tidak terpisahkan.
Saya terdiam.Hujan belum juga reda. Tapi hati ini makin gundah. Apa yang saya baca selama ini akankah beda ketika saya bertemu langsung dengan sosoknya?
Saya akan menemuimu pak.
Mendengar,melihat dan merasakan memang seharusnya bisa sejalan. Tidak terpisahkan.
#SobatJW dan #JWdanDOM
Post a Comment
Post a Comment